Subandri Simbolon, MA adalah seorang peneliti dan dosen di Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak. Bang Bandri, panggilan akrabnya mulai bekerja sebagai dosen sejak Maret 2018, setelah sebelumnya bekerja sebagai peneliti di UGM Jogjakarta. Bang Bandri menyelesaikan studi S1 jurusan Teologi di Malang menggunakan beasiswa dari gereja dan melanjutkan studi Filsafat Kristen (Katolik) di Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) UGM.

SAKA: Apa hakekat kuliah?

Kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan kuliah terlebih dahulu. Biasanya orang mengira, kita perlu kuliah untuk mendapatkan pekerjaan. Tapi bagi saya, ada hal yang jauh lebih penting dari itu, harusnya kita lebih memahami makna atau esensi dari Pendidikan itu sendiri. Kuliah itu merupakan satu tahap penting untuk mengembangkan potensi diri. Meski potensi diri tidak hanya bisa dikembangkan dengan jalan kuliah. Jadi kalau teman-teman yang ingin kuliah haruslah memikirkan potensi, karakter diri dan akan menjadi apa diri ke depannya. Memilih jurusan di perkuliahan perlu dengan menilai diri sendiri terlebih dahulu.

Pada tahun 2007, Saya lulus dari Seminari Katolik di Siantar, Sumatera Utara. Memungkinkan bagi saya untuk melanjutkan studi Teologi, tinggal memilih di antara beberapa kampus. Pertama, saya menelisik karakter saya sendiri, dengan jiwa sosial yang saya miliki maka saya putuskan untuk kuliah di Malang dengan kesempatan dan potensi untuk sesuai dengan karakter dan tujuan yang saya inginkan.

Itu adalah momen pertama kali saya keluar dari kampung, menggunakan Bus 4 hari 4 malam. Saya memiliki keyakinan untuk kuliah di Malang. Saya tempuh segalanya.

SAKA: Nilai hidup seperti seperti apa yang pelu kita miliki dalam memilih jurusan di kampus?

Pertama kita harus memahami bahwa nilai hidup, atau mengenali diri itu tidak akan pernah selesai. Proses ini never ending dan akan terus berjalan.

Mengambil jurusan kuliah adalah untuk mengenali jati diri, atau membangun sebuah jendela untuk melihat dunia yang lebih luas. Biasanya adek-adek SMA sudah memiliki lingkaran sosialnya, bertemu teman kelas, guru dan sedikit teman di luar. Di perkuliahan, lingkaran itu akan lebih luas dengan latar belakang manusia yang sangat beragam. Di sini lah proses menemukan jati diri itu berjalan.

SAKA: Apakah anak SMA sudah bisa memiliki nilai hidup? Sementara usia mereka masih sangat muda

Tahap SMA sudah harus mulai bisa menilai karena dalam umur juga sudah menuju dewasa.

Q: Lalu bagaimana kita mengenal nilai hidup ini?

Kita harus hubungkan dengan passion. Passion itu gairah, maka harusnya nilai itu, salah satu indikatornya adalah passion-mu. Anak SMA atau SMK sudah menjurus, dan kadang-kadang adek-adek memilih jurusan karena teman atau trend, atau pilihan orang tua. Nah ini yang bahaya. Ketika ini terjadi, peran guru BK harus hadir. Guru BK dapat memberikan konseling pada siswa agar tujuan dan gairahnya pada hidup kembali aktif.

Kembali ke Motivasi. Motivasi awalnya juga bisa berasal dari lingkungan. Misalnya melihat jalan atau infrastruktur yang tidak baik, maka jika mempunyai passion terhadap teknik sipil, dia akan membicarakan konstruksi jalan atau melihat bahan bangunan yang digunakan tidak baik. Jika mempunyai gairah di ekonomi akan memikirkan efisiensi dana yang dikeluarkan ketika jalan banyak rusak.

Pertanyaan dari Forum :

Adrianusyopiyanto.ho: Bagaimana cara sederhana menyalurkan hobby yang kita minati (ex: tulis menulis) dengan jurusan yang kita ambil?

Bagi yang sudah kuliah, kuliah itu pintu masuk untuk mengenal dunia yang lebih luas. Jangan pernah merasa cukup dengan apapun yang ada di kelas, juga jangan cepat mempercayai dosen, karena dosen hanya salah satu sumber pengetahuan dari jutaan sumber lain. Skill menulis tentu harus dieksploras. Peluang tulis menulis sangat banyak. Peluang untuk dikembangkan, seperti mengikuti perlombaan dan menulis di koran. Ex: Tempo membuka kesempatan belajar menulis gratis.

Generasi ini memiliki peluang yang sangat besar, karena itu disebut generasi emas. Emas yang jika digesek sedikit sudah berkilau, artinya kesempatan untuk menggali potensi itu sangat banyak.

Cecesriwe: Semua orang bernilai untuk semua orang. Jadi, jurusan apapun boleh. Tidak ada masalah untuk pilih jurusan apa aja. Begitu?

Bermasalah ketika jurusan yang dipilih tidak mampu mengembangkan minat dan bakat kita.
Pindah jurusan bisa saja, karena akan semakin banyak ilmu, tetapi kemudian harus dipertimbangkan, tentu menghabiskan banyak waktu dan energi. Kalau memang sudah mengambil jurusan, maka galilah secara terus-menerus, eksplor secara maksimal agar kamu tidak menghabiskan energi kedepannya.

Bagaimana jika mementingkan hobi dibandingkan kuliah?

Saya pernah mengikuti aksi damai hingga tidak ikut kuliah. Itu menjadi pengalaman penting juga. Ketika Anda kuliah, Anda wajib merelakan diri dengan tugas, jadi jangan dibawa beban. Pahami bahwa tugas adalah bagian dari proses agar bisa menjadi diri sendiri, tugas itu seperti titian-titian kecil untuk hidup kita lebih baik.

Begitu juga skripsi, skripsi merupakan kesempatan untuk menganalisa dan sebuah tahap menuju level selanjutnya. Tipsnya, sesuaikan judul skripsi dengan passion.

Kuliah itu prioritas, tapi ketika Anda punya kegiatan organisasi yang bentrok dengan jam kuliah, misalnnya ada diskusi atau aksi, maka nilai dulu. Mana yang lebih penting. Kampus memberikan kesempatan untuk kehadiran di 1 semester tidak harus 100%.

Lulusaid77: Bang kasi tips dong buat mahasiswa yang merasa salah jurusan.

Coba kenali dirimu sendiri. Mungkin diri sendiri yang salah, bukan jurusannya. Gali potensi diri, nilai dan karakter sesuaikan dengan jurusanmu. Saya punya teman S1 di Pertanian, S2 Ilmu Agama dan sekilas terlihat tidak berkorelasi. Tetapi ternyata Pertanian itu tidak melulu tentang ketahanan pangan dan menanam sayur. Tetapi bertani juga mempunyai nilai spiritual agama. Dia mengambil tema ‘agama dan lingkungan’ untuk tesisnya.

Sitorusroy_25: Bagaimana pendapat bapak bagi mereka yang SMK jurusan otomotif tapi mereka berkuliah di jurusan lain karena ingin mendapatkan pengetahuan lain.

Maksimalkan jurusan itu untuk mengembangkan potensi diri. Kembali lagi, kuliah adalah tahap untuk berproses. Banyak jalan, walau banyak juga yang menghadang. Untuk kuliah sudah banyak kesempatan, beasiswa juga sudah banyak.

Tulisan ini disarikan dari Bincang Sahabat SAKA#7 dengan Subandri Simbolon dengan judul ‘Tips Mencari Kampus dan Jurusan yang Sesuai Harapan dan Nilai Hidup’ melalui live Instagram SAKA @SuarAsaKhatulistiwa pada 6/6/2020. Jangan lupa Follow Instagram SAKA untuk informasi bincang-bincang menarik lainnya.