We break windows, we burning things. Cause war’s the only thing man listen to! Cause you’ve beaten us and betrayed us and nothing left – Maud Watts, Suffragette Movie

Hari Perempuan Internasional dirayakan setiap 8 Maret di seluruh dunia. Hal ini merupakan satu tanggal yang ditetapkan untuk memperingati perjuangan para perempuan untuk keadilan gender, yang telah dilakukan dari masa ke masa di belahan dunia. Sejarah pergerakan perempuan memiliki sejarah panjang, dan salah satu yang terkenal adalah peristiwa Suffragette. Istilah ini merujuk pada sekelompok perempuan yang melakukan aksi massa untuk menuntuk hak suara dalam pemilihan di Inggris pada abad ke 20.

dr ema rahmaniah pontianak
Dr. Ema Rahmaniah Menjadi Pemantik Diskusi Nobar dan Diskusi Film Suffragette

Pada 12 Maret 2022, SAKA kolaborasi dengan Fakultas FISIP Untan untuk mengadakan Nobar Film Suffragette. Kegiatan ini diadakan karena perlunya memahami mengapa gerakan perempuan ada dan masih perlu diperjuangkan sampai saat ini. Dalam acara ini hadir Dr. Ema Rahmania, akademisi FISIP Untan sebagai pemantik diskusi. Hal ini tidak terlepas dari kapasitas Dr. Ema yang sudah banyak berkecimpung di gerakan perempuan terutama dalam urusan politik.

Adanya Gerakan perempuan dinilai Ema tidak terlepas dari angapan bahwa perempuan adalah manusia kelas dua di bawah laki-laki. Dari sejarah kita bisa mempelajari bahwa di banyak kebudayaan, laki-laki menindas perempuan. Perempuan dianggap lemah secara fisik, terutama karena menjalankan fungsi reproduksi. Mulai dari mengalami menstruasi, hamil, menyusui.

Pemikiran ini sudah banyak ditinggalkan berkat perkembangan gerakan perempuan. Di interpretasi ulang dengan pemikiran baru, yang membalikkan pandangan negatif pada fungsi reproduksi perempuan dan sebaliknya, dianggap sebagai keunggulan. Akan tetapi, karena sudah lama dijajah dengan pemikiran lama, masih banyak perempuan yang menganggap diri mereka lemah.

Baca juga: Cerita Perempuan: menguhungkan Titik sejarah Gerakan Perempuan dari Masa ke Masa

Hal lain yang direfelksikan Dr. Ema dalam peringatan ini adalah, apakah saat ini, kita merupakan penikmat hasil perjuangan atau penerus perjuangan gerakan perempuan?

“Menjadi penerus dan penikmat adalah dua hal yang baik. Asalkan jangan menjadi penghalang perjuangan. Dan perjuangan tidak mesti dilihat dari hasil akhir yang menentukan perjuangan tetapi bagaimana kita berniat melakukan perjuangan,” kata Ema.

Para peserta yang mengikuti kegiatan turut memberikan komentar. Peserta menilai, adanya gerakan perempuan membuat pihak laki-laki ada yang malah merasakan insecure karena gerakan perempuan terus digalakkan hingga saat ini. Alasannya karena laki-laki takut ‘disaingi’.

hari perempuan internasional pontianak
Diskusi Nobar dan Diskusi Film Suffragette oleh SAKA dan FISIP Untan

Menanggapi ini Dr. Ema Rahmaniah mengatakan, adanya gerakan perempuan tujuannya bukan untuk mengadu perempuan dan laki-laki, atau untuk berkompetisi dan menunjukkan siapa yang lebih jago. Tetapi agar keduanya menjadi pihak yang setara untuk dapat bekerja sama melawan ketidakadilan.

“Karena laki-laki dan perempuan menghadapi ketidkadilan, kompetisi yang tidak sehat di luar rumah, maka dua-duannya harus dilatih menjadi petarung.”

Di Aula Fisip Untan, kegiatan ini dihadiri sekitar 50 anak muda yang bukan saja sedang menikmati perjuangan gerakan perempuan, tetapi juga siap meneruskannya dengan cara masing-masing.

#iwd2022 #internationalwomensday

Ditulis oleh: Ningsih Sepniar  Lumbantoruan