Ivan Wagner : Salah Benar Bukan Satu-satunya Ukuran Menjalani Hidup dalam Keberagaman. “Keberagaman berkait erat dengan harmoni. Hakikat umat manusia ialah tentang Keberagaman. Perbedaan perlu dikomunikasikan dengan baik dalam menjalani kehidupan sosial, dan menjauhi komunikasi yang berisi eksploitasi sisi negatif keberagaman, karena dapat berujung pada konflik antar masyarakat.” Hal ini disampaikan Ivan Wagner Bakara dalam pelatihan peer fasilitator pada 25/04/2021 di STAKatN Pontianak. Kegiatan ini diinisiasi oleh SADAP Indonesia bekerja sama dengan Yayasan SAKA.

ivan wagner bakara, yayasan saka, suar asa khatulistiwa, hak asasi manusia
Ivan Wagner Menyampaikan Materi/ Sumber : Istimewa

Menurut Ivan, di dalam negara dengan identitas masyarakat yang beragam, terdapat ukuran-ukuran yang tidak tunggal dan harus bijak ketika digunakan. Terutama dalam relasi antar warganegara dan relasi negara dengan warganegara. Beberapa ukuran tersebut di antaranya adalah ukuran logika yang berbicara tentang benar dan salah. Kemudian adapula ukuran etika yang melihat baik buruknya sesuatu. Ada pula ukuran estetika yang banyak membincang terkait pantas tidak pantasnya, atau indah jeleknya sebuah tindakan.

Tidak hanya itu, Ivan juga menyinggung tentang alat ukur manusia, yaitu panca indera, akal, imajinasi, naluri, intuisi, bahkan hati nurani.

kaitan ham dan keberagaman
Peserta pelatihan Menjadi Fasilitator yang Baik

“Kita tidak cukup hanya menggunakan satu ukuran dan satu piranti ukur. Misalnya dalam menilai kepercayaan orang lain. Dalam ukuran salah-benar, seseorang bisa saja beranggapan, bahwa menyatakan kepercayaan lain sesat sudahlah benar, tidak melanggar hukum. Apalagi, pada dasarnya terdapat perbedaan doktrin yang dimiliki oleh agama-agama atau kepercayaan, yang (barangkali) menganggap keliru bahkan sesat kepercayaan lainnya.” Tetapi Ivan menekankan, bahwa dalam berelasi dengan sesama manusia, tidak baik jika hanya menggunakan ukuran salah-benar saja. Karena harus dinilai pula, apakah pantas atau apakah baik, jika kita membuat pernyataan menyesatkan ajaran kepercayaan orang lain. Kita wajib menghitung implikasi yang akan ditimbulkan dari setiap tindakan kita. Misalnya dalam beragama, dampak hanya menggunakan satu ukuran (salah-benar) dapat menimbulkan persekusi kelompok tertentu terhadap agama yang dianggap sesat.

Bagi Ivan, dalam menjalani hidup dalam mayarakat yang beragam, ukuran-ukuran itu saling berhubungan dan saling bergantung satu sama lainnya. Menempatkan ukuran-ukuran tersebut dengan bijak penting untuk dipelajari, baik teori maupun dalam praktiknya. Hal itu agar secara bersama-sama kita dapat menciptakan harmoni dalam bersosialisasi di ruang publik.

Dalam penerapan ukuran dan alat ukur yang ada pada manusia tersebut, banyak yang dapat menjadi pedoman, seperti norma agama, norma sosial, termasuk norma hukum. Bicara mengenai pedoman tersebut, norma hak asasi manusia (HAM) yang telah terejawantahkan dalam hukum internasional dan hukum nasional kita merupakan salah satu konsensus yang cukup mutakhir dan terdepan untuk dijadikan pedoman.

keberagaman di pontianak, NGO Pontianak
Peserta Pelatihan Tepelima Menyampaiakan Pendapat/ Sumber : istimewa

Ivan menilai HAM adalah pedoman yang wajib dalam Bernegara dan Bermasyarakat. HAM diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makluk Tuhan yang maha esa dan merupakan anugerah Tuhan. Penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM sudah menjadi fitur wajib dalam negara demokratis seperti Indonesia, yang memiliki penduduk dengan beragam identitas.

Tiga alasan utamanya HAM dianggap sebagai pedoman terbaik adalah karena: (1) HAM berpihak pada manusia, tidak membela Ideologi atau pandangan tertentu; (2) HAM membela kebebasan orang untuk memiliki pandangan sesuai pikiran dan hati nuraninya; (3) Indikator HAM adalah penghormatan, jaminan & pemenuhan HAM. Oleh karenanya, HAM bisa dikatakan sebagai pedoman yang mencari jalan tengah dan sekaligus sebagai dokumen yang membawa sifat perdamaian.

HAM wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat semua manusia. Tidak peduli, siapapun dan apapun identitas manusia tersebut.

 

Ditulis oleh : Nings S. Lumbantoruan/ Diedit oleh: Ivan Wagner.