Daftar 15 perempuan yang dituliskan dalam buku Perempuan (Tidak) Biasa Di Sumba Era 65 sampai 98:

  1. Tamu Rambu Margaretha, 70 tahun, Bangsawan yang melawan praktik perbudakan tradisonal dengan membebaskan hamba-hambanya melalui pendidikan
  2. Debora Maramba Hi, 85, Dukun beranak yang menyelamatkan ratusan ibu dan ribuan anak. Pasiennya ada bidan, dokter. Dia melawan diskriminasi negara. Tuduhan PKI kepada suaminya menjadi titik penting pilihan profesi dukun sebagai penopang ekonomi keluarga
  3. Kahi Ata Ratu, 58, Melawan dominasi patriarkhi dalam seni musik jungga. Dia menggunakan seni sebagai alat perlawan terhadap isu sosial dan penyembuh luka batinnya
  4. Kati Hary Radjah, 83, Mendobrak dominasi patriarkhi dalam tubuh gereja.
    Dan akhirnya Keputusan  Gereja Kristen Sumba tentang pendeta perempuan lebih maju 10 tahun dibandingkan Gereja Belanda sebagai mitra/induk
  5. Agustina Kahi Atanau, 75, Tenun sebagai alat pengorganisian perempuan, melestarikan seni dan budaya, penopang ekonomi keluarga
  6. Rambu Hoy Mila Meha, 82, Menolak patuh pada tradisi menikah lagi dengan saudara/kerabat suami pasca suaminya meninggal
    Dedikasi untuk pendidikan 8 anaknya terutama anak perempuan
  7. Hana Kahi Atanau, 67, Melawan stigma disabilitas dengan hidup mandiri sebagai orang tua tunggal  dan menyekolah anak-anak Sumba yang bukan anak kandungnya
  8. Salomi Rambu Iru, 66, Melawan Tradisi/Praktik “Kawin Tangkap” di Sumba
  9. Rince B. Kayu, 52, Guru honor selama 30 tahun, orang tua tunggal  dan melawan dominasi patriarkhi dan pandangan koservatif  gereja
  10. Wiyati, 69, Relawan di Timor Timur tahun 1975 dan Perintis LSM di Sumba yang mengisiasi isu-isu gender dalam keluarga dan kelompok masyarakat
  11. Lidda M. Mudde, 79, Melawan diskriminasi negara terhadap Marapu
  12. Suster Maria Matea Wijaya, SCMM, 83 tahun, Wafat 2019 saat proses penulisan, Menolak kemewahan keluarga dengan membiara dan setia pada 3 kaul : kemurnian, kemiskinan dan kepatuhan. Cahaya harapan dalam tubuh Gereja Katolik yang akhir-akhir ini dilanda isu skandal seks dan kemewahan biarawan biarawatinya
  13. Maria Imakulata Nudu, 80 tahun, Wafat 2020, dua hari setelah kami menyerahkan buku kepadanya di ruang opname, Membongkar dominasi patriarkhi dalam politik dan menjinakkannya dengan seni
  14. Martha Dada Ghabi, 74 tahun, Seni sebagai alat transformasi nilai, mengubah stigma hukuman dengan tawaran seni tari
  15. Katrina Koni Ki’I, 79, Merawat lingkungan sebagai modal masa depan anak cucu.