Meruntuhkan Diskriminasi dan Intoleransi dari Film ‘Hidden Figures’
suarasakhatulistiwa.or.id – Yayasan Suar Asa Khatulistiwa (SAKA) mengadakan diskusi dan nonton bareng (NOBAR) film yang berjudul ‘Hidden Figures’, kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Perempuan dan Anak Perempuan dalam Sains yang jatuh pada 11 Februari berkolaborasi dengan American Corner Universitas Tanjungpura. Kegiatan dilaksanakan di Sekretariat Amcor Untan pada Senin, (15/02/2021)
Film ini menceritakan sebuah kisah perjuangan 3 orang matematika wanita jenius keturunan Afrika-Amerika yang memegang peran vital di dalam divisi awal program luar angkasa AS – NASA, di saat diskriminasi masih menjadi isu utama Sebanyak 15 peserta dari berbagai komunitas dan organisasi kampus mengikuti diskusi yang difasiltasi oleh Yusawinur Barella, kepala Amcor Untan.
Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk refleksi terhadap diskriminasi yang dialami oleh 3 perempuan yang berprofesi sebagai ilmuan di NASA tahun 1961.
Kordinator acara Bima Sakti menuturkan, “Film ini sangat menarik, di dalam film ini terdapat diskriminasi berlapis yaitu dikriminasi gender dan diskriminasi ras. Film ini diputar sebagai momentum untuk merefleksi bahwa diskriminasi terhadap perempuan hingga saat ini masih terus terjadi dan wujudnya berbeda-beda. Ini menjadi PR kita bersama untuk terus menyuarakan kesetaraan gender dalam semua sektor, terutama dalam sains.”
Para peserta saling berbagi pendapat terkait film dan pengalaman pernah melihat atau mengalami diskriminasi. Satu diantara sesi diskusi yang banyak menarik perhatian peserta adalah sharing pengalaman bagaimana bentuk-bentuk diskriminasi tersebut dialami tidak hanya bagi perempuan namun laki-laki juga mengalami meski secara verbal.
Doni, salah satu peserta diskusi yang tinggal disekitar daerah Beting, Pontianak menceritakan bagaimana diskriminasi yang dialami “Saya mengalami diskriminasi karena lingkunganku yang mendapatkan stigma negatif sehingga saya sringkali mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan,”tuturnya
Begitu juga dengan Opan, Diskriminasi itu dialami ketika menjadi pendatang dan menjadi minoritas dalam lingkungan tempat saya tinggal dulu,” waktu saya kecil dulu kan sering berpindah-pindah dan saya merasakan betul bagaimana menjadi masyarakat yang minoritas diremehkan” tuturnya.
Yusawinur Barella memaparkan, mengapa diskriminasi terjadi, salah satunya karena adanya stigma, stigma bisa dilawan dengan prestasi.
Para peserta mengapresiasi adanya diskusi ini, karena menambah wawasan dan pengetahuan terkait isu keberagaman. Ado peserta yang masih duduk di bangku SMA menyampaikan bahwa diskusi ini sangat bermanfaat. “Saya semakin yakin bahwa perempuan itu bukanlah manusia yang lemah dan tidak bisa apa-apa, dalam film ini membuktikan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama bahkan bisa lebih dari laki-laki. Ketiga tokoh utama dalam film tersebut mampu memecahkan permasalahan (sains) yang tidak bisa dilakukan oleh para laki-laki.,”
Diskriminasi berbasis gender ini tidak hanya terjadi terhadap perempuan, laki-laki juga rentan mengalami diskriminasi tersebut namun, di Indonesia sendiri dikarenakan stereotip gender, kekerasan berbasis gender cenderung lebih sering dialami oleh perempuan.
Stereotip yang melekat dari sejak lahir terhadap perempuan hingga saat ini masih menjadi faktor penghambat untuk kemajuan kaum perempuan, dan diperkuat dengan penafsiran-penafsiran ayat-ayat dalam agama yang masih sangat tekstual memperkuat diskriminasi terhadap perempuan terutama dalam pekerjaan.
Diksriminasi merupakan bentuk intoleransi dan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Maka dari itu diskusi filem ‘Hidden Figures’ merupakan langkah tepat dalam mengedukasi dan mengkampanyekan tentang keberagaman terhadap anak muda khusunya di Pontianak.
Ditulis oleh: Lulu Musyarofah, Yayasan Suar Asa Khatulistiwa