Nyantai Bareng Tim Kominda Bahas Isu Terkini

Bersama tim Kominda dan peserta kegiatan

Pontianak sebagai ibu kota provinsi dengan masyarakat yang sangat beragam agama, suku, dan latar belakang sosial memiliki potensi konflik dilatarbelakangi ketiadaan sumber daya alam (SDA) dan tingginya mobilitas penduduk, karena Pontianak secara geografis diapit dua kabupaten, yaitu Mempawah dan Kubu Raya.

Demi mengurangi kemungkinan terjadinya konflik di Pontianak, dibentuklah Tim Kewaspadaan Dini Daerah (Kominda) yang dibentuk pada tahun 2006. “Kominda diatur oleh Kemendagri. Ingin menyampaikan, kami ada. Terbentuk sejak 2006,” kata Rizal, S.Sos, Sekretaris Kominda, pada acara Nyantai Bareng Kominda, Rabu (10/2/2021).

Rizal menyatakan bahwa tugas Kominda adalah menyampaikan potensi konflik ke wali kota sebagai ketua Kominda. Meski anggota tim Kominda tidak banyak, tugasnya lumayan kompleks, yaitu menyampaikan kajian strategis Pontianak pada wali kota mulai dari ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lainnya. “Contohnya dalam aspek sosial pembangunan jembatan. Masalah diambilnya kebijakan adalah urusan OPD (organisasi perangkat daerah) sebagai pengampu. Kesbangpol mengatasi dari sisi jangan sampai ada konflik akibat pembangunan tersebut,” tutur Rizal.

Bambang Soejarwo yang merupakan anggota Kominda dari BIN RI (Badan Intelijen Negara Republik Indonesia) memberikan pernyataan terkait politik. Menurut dia tahun ini kondisi Pontianak relatif aman karena tidak ada Pemilu. “Namun tetap perlu diantisipasi potensi konflik yang berkaitan dengan bidang sosial budaya dari daerah lain yang beredar di Sosmed, dan mungkin berdampak pada Pontianak”. Bambang mengambil contoh kasus pembunuhan di Kalimantan Timur yang dikaitkan pada isu suku.

Para undangan yang terdiri dari para Llurah dan Ccamat Pontianak Timur dan Barat membagikan hal-hal yang dinilai dapat menjadi masalah di kemudian hari. Misalnya kelompok remaja yang sering menghisap lem (ngelem), tindakan asusila di beberapa rumah kos-kosan, atau kehawatiran terjadi kebakaran karena kembang api. Ada juga yang mengkhawatirkan penyebaran narkotika yang bisa merusak generasi Pontianak.

Namun, kata Rizal, yang juga sebagai Kepala Kesbangpol, Pontianak adalah kota yang aman. “Di Pontianak ada aliran kepercayaan, Ahmadiyah, Syiah, Saksi Yehuwa semuanya aman. Hal ini karena peran luar biasa dari tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda sama-sama menjaga.

Rubiyanto dari Kantor imigrasi juga mengingatkan untuk mengawasi warga negara asing (WNA) yang tinggal dan menginap tidak dalam hotel. “Mereka nyari kos-kosan. Waktu lalu kami menangkap tiga warga Bangladesh di Sungai Durian. Ternyata mereka adalah jaringan untuk perdagangan orang di Kalbar. Jika bapak ibu melihat ada kejanggalan, harap melaporkan.”

Rizal berpesan bahwa pencegahan konflik adalah tugas bersama antara pemerintah, masyarakat dan tak terkecuali komunitas dan organisasi masyarakat sipil. Karena itu dalam diskusi tersebut, Rizal mempercayakan Sri Wartati dari Yayasan SAKA memoderatori jalannya diskusi. Hal ini untuk mendorong partisipasi masyarakat sipil dalam mewujudkan Pontianak yang lebih aman ke depannya. (NS).