Untuk menjawab tantangan tersebut, kegiatan yang dilakukan Pokja Gender adalah:

  • Mengintervensi program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Ditjenbud agar memprioritaskan perempuan
  • Mengadakan pelatihan untuk calon pelamar FBK perempuan
  • Gulir wacana: dengan memproduksi konten edukatif terkait tema tersebut melalui podcast, surat kabar, media online.
  • Kelas advokaksi (AKSI) kepada seluruh anggota bertemakan gender yang mengundang 16-20 peserta.
  • Membangun database dasar, karena kegiatan mengumpulkan database perempuan, seperti memulung. Data basenya yang dikumpulkan adalah (1) mengenai jumlah perempuan yang memimpin di Dewan Kesenian (3 dari 59) dan hanya merupakan istri dari pejabat setempat.  (2) Jumlah perempuan yang mendapatkan penghargaan seni. Juga jurinya di bidang seni semuanya laki-laki, dan pemenangnya sedikit perempuan. (3) Jumlah perempuan yang tercatat dalam database pelaku seni (4) Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di ranah seni yang mengemuka di media massa, untuk menunjukkan masih banyak kasus kekerasan. (5) Riset “Merawat Seni dengan Hati: Kondisi Kerja Emosional Pekerja Seni Perempuan” (6) Seni sebagai bentuk kerja yang masih menjadi titik buta para pembuat kebijakan (7) Kerja emosional tidak teridentifikasi, risiko ditanggung sendiri oleh perempuan.